BAB
I
PENDAHULUAN
“ISLAMISASI
ILMU PENGETAHUAN MENUJU SOLUSI ALTERNATIF MENGATASI KRISIS MASYARAKA ISLAM MASA
KINI”
Islamisasi ilmu dalam bahasa Arab disebut sebagai “Islamiyyat
al-Ma’rifat” dan dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Islamization of Knowledge”.
Dalam Islam, ilmu merupakan perkara yang amat penting malahan menuntut ilmu
diwajibkan semenjak lahir hingga ke liang lahad. Ayat al-Quran yang pertama
yang diturunkan berkaitan dengan ilmu yaitu surah al-Alaq ayat 1-5.
“ Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
menciptakan, Menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah! Dan
Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan dengan pena, Mengajar manusia
hal-hal yang belum diketahuinya”
(Q. S. Al-Alaq:1-5).
Dengan ayat tersebut menunjukkan bahwa ilmu pengtahuan
tersebut harus diabdikan kepada tuhan, karena segala bentuknya adalah bersumber
dari yang satu yaitu Allah SWT, namun kenyataan yang terjadi sangat
mengecewakan dan hal itu nampak jelas di dunia modern seperti sekarang
ini, adanya kontradiksi-kontradiksi yang menggaggu kebahagiaan orang dalam
hidup, apa yang dahulu belum di kenal manusia sekarang sudah nampak jelas di
depan mata, kesulitan-lesulitan dan bahaya alamiah yang dahulu menyulitkan dan
menghambat perhubungan, sekarang tidak menjadi persoalan lagi. Kemajuan
industri telah dapat menghasilkan alat-alat yang memudahkan hidup, memeberikan
kesenangan dalam hidup, sehingga kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sulit lagi
untuk memenuhinya.
Sebenarnya kondisi dan hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan
yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya, tapi suatu kenyataan yang
meyedihkan ialah bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup
semakin sukar dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran
mental, beban jiwa semakin berat, kegelisahan dan ketegangan serta tekanan
perasaan lebih sering terasa dan lebih menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.
Masyarakat telah berhasil mengembangakan ilmu pengatahuan
dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah kehidupannya, namun pada
sisi lain ilmu pengatahuan dan teknologi canggih tersebut tidak manpu
menumbuhkan moralitas yang mulia,. Dunia modern saat ini termasuk bangsa
Indonesia mengalami kemerosotan nilai yang benar-benar berada pada taraf yang
memprihatinkan, kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih
sayang sudah tertutup dengan penyelewengan, penipuan, penindasan, saling
menjegal dan saling merugikan.
Gejala
kemerosotan tersebut kini merambah ke seluh lapisan masyarakat, tua muda, anak
maupun orang tua terlena dengan kemerosotan tersebut, dan hal tersebut banyak
dipengaruhi oleh bebarapa faktor yang kini mempengaruhi cara berfikir manusia
modern, faktor tersebut menurut seorang pakar pendidikan Zakiah Darajat yaitu
kebutuhan hidup yang semakin meningkat, rasa individualitas dan egoitis,
persaingan dalam hudup, keadaan yang tidak stabil, dan terlepasnya pengetahuan
dari agama. Ilmu pengatahuan dan teknologi
benar-benar memberikan kenyamanan bagi manusia namun hal itu belumlah cukup,
karena dengan ilmu pengatahuan dan teknologi tidak mengetahui tujuan apa
yang ingin dicapai, agamalah yang yang memberi tahu tentang tujuan apa yang
harus dicapai, Enstein pernah mengingatkan bahwa kita dengan statmennya bahwa
ilmu pengatahuan tanpa agama adalah buta, dah hal itu terbukti pada era
globalisasi ini, dan yang menyetir persoalan ini menjadi melencengan adalah
barat. Berkaitan dengan ini mengitip statmen Gregory Bateson bahwa
sudah jelas bagi banyak orang bahwa banyak bahaya mengerikan telah tumbuh dari
kekeliruan-kekeliruan epstimologi barat, Dengan demikian
maka konsep islamisasi ilmu pengetahuan yang ditawarkan agar kiranya bisa mampu
berkiprah dalam menyanggah persoalan tersebut, karena saat ini bisa
dilihat bahwa ilmu pengetahuan benar-benar telah sekuler dan karenanya jauh
dari tauhid. Maka, diri situlah teori dan 'resep' pengobatan agar
kemajuan dan pengetahuan tidak berjalan kebablasan di luar jalur etik, maka
harus melalui konsep Islamisasi ilmu dan paradigma tauhid dalam pendidikan dan
pengetahuan.
Persoalan islamisai ilmu (islamization of knowledge)
bukanlah persolan baru, hal ini bisa kita cermati dalam sejarah Islam itu
sendiri , dalam dunia ilmu Islam dahulu telah melahirkan ulama yang terkemuka
yang dapat menguasai ilmu-ilmu “dunia” dan “akhirat”. Mereka berusaha
menyeimbangkan ide-ide besar dalam kiprahnya yang lain dengan ajaran agama
Islam. Ini dapat dilihat sebagai contoh seperti al-Kindi, Ibnu Sina,
al-Ghazali, dan lain-lain. Mereka berusaha mengetengahkan beberapa ide dasar
dan mempertemukan ilmu “luar“ dengan ajaran Islam. Perbedaannya hanyalah,
mereka tidak mengunakan istilah “pengislaman Ilmu” kala itu
kerana pada saat itu umat Islam begitu cemerlang dalam ilmu pengetahuan.
Bahkan sebenaranya konsep Islamisasi ilmu pengetahuan
tersebut telah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW dan para sahabat pada saat
turunnya al-Quran dalam bahasa Arab. Al-Quran telah membawa bahasa Arab ke arah
penggunaan yang lebih menenangkan dan damai sehingga merubah watak, perangai
dan tingkah laku orang Arab ketika itu. Al-Quran juga merubah pandangan hidup
mereka tentang alam semesta dan kehidupan dunia. Pengislaman ilmu ini
diteruskan oleh para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama sehingga umat Islam
mencapai kegemilangan dalam ilmu. Oleh itu, islamisasi dalam arti kata yang sebenarnya
bukanlah perkara baru. Cuma dalam konteks “kerangka operasional”
pengislaman ilmu-ilmu masa sekarang dicetuskan semula oleh tokoh-tokoh ilmuwan
Islam seperti Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Al-Faruqi, Fazlur Rahman,
Syed Hussein Nasr dan lain-lain.
Islamisasi ilmu ini menjadi perdebatan di kalangan para
intelektual Islam semenjak tahun 1970 an. Sehingga memunculkan juga pro dan
kontara atas penggunaan konsep Islamisasi ilmu pengetahuan di masa kini.
Walaupun memang sarjana muslim telah membicarakannya tetapi tidak secara
teperinci dan mendalam mengenai konsep dan kerangka pengislaman ilmu ini. Untuk
lebih jelasnya akan konsep Islamisasi ilmu pengetahuan ini akan didapatkan
dalam bab-bab berikutnya dalam tulisan ini.
BABII
PERMASALAHAN
Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai fenomena
modernitas, menarik untuk dicermati. Pada era globalisasi dimana
peradaban modern-sekuler mencengkeram negeri-negeri Muslim dengan gencarnya,
sehingga islam menjadi teraniayah dan menjadi objek jajahan peradaban
yang diprodisi oleh barat yang sifatnya tidak memikirkan kehidupan manusia.
Kemajuan yang dicapai oleh peradaban barat lewat ilmu pengetahuan justru
melenceng dari tujuan awal dari menjadkan penghuni dunia ini tentram,
kehidupan yang nyaman yang di harapkan walhasi kesensaraan yang menghampiri,
dijembatani dengan era modernisasi dampak itu telah menghantam peradaban islam
dalam berbagai segi kehidupannya, dengan demikian Islamisasi ilmu
pengetahuan yang di upayakan oleh ummat islam dapat dibaca sebagai sebuah
“kontra-hegemoni” ataupun “diskursus perlawanan”. Dan hal
itu ia hadir untuk menunjukkan identitas sebuah peradaban yang sekian
lama diabaikan.dan ditinggalkan oleh pemiliknya sendiri (islam).
Mampukah konsep Islamisasi ilmu pengetahuan ini memberikan solusi dari
persoalan ini, hal itu akan akan dibahas dalam bab-bab selanjutnya yang
dirangkum dengan berbagai rumusan masalah, diantaranya yaitu :
- Bagaimana
Sebenarnya Gagsan Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut ?
- Kenapa
terjadi pro dan kontra dalam gagsan Islamisasi ilmu pengetahuan ?
- Bagaimana
proses Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut ?
- Bagaimana
konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan Perspektif Islam ?
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahun
Islamisasi imu pengetahuan
(islamization of knowledge) pada dasarnya adalah suatu respon terhadap
masyarakat modern yang disebabkan oleh pendidikan barat yang bertumpu pada
suatu pandangan dunia yang bersifat materialists, yang menggap bahwa pendidikan
babukan untuk membantu manusia bijak yakni mengenali dan mengakui posisi
masing-masing dalam tertib realitas tetapi memandang realitas sebagai sesuatu
yang bermakna secara stabil bagi manusia, karena itu hubungan manusia dengan
tertib relitas bersifat eksploitatif bukan harmonis, dan ini adalah salah satu
penyebab terpenting munculnya krisisi masyarakat modern
Islamisasi imu pengetahuan mencoba
mencari akar-akar krisis tersebut. Karena akar tersebut diantaranya dapat
ditemukan di dalam basis ilmu pengetahuan, yakni konsep atau asumsi tentang
realitas yang dialistis, sekularistis, evolusioneristis, dan karena itu pada
dasarnya bersifat relatifvitas dan nihilitas. Islamisasi ilmu pengetahuan adalah suatu uapaya pembebasan pengetahuan
dari asumsi-asumsi dan penafsiran-penafsiran barat terhadap realitas, dan
kemudian menggatikannya dengan pandangan dunia islam.
Disamping itu juga Islamisasi ilmu
pengetahuan mengacu kepada upaya mengeliminir unsur-unsur serta konsep-konsep
pokok yang membentuk kebudayaan dan peradaban Barat, khususnya dalam ilmu-ilmu
kemanusiaan. Tercakup dalam unsur-unsur dan konsep ini adalah cara
pandang terhadap realitas yang dualistik, doktrin humanisme, serta tekanan
kepada drama dan tragedi dalam kehidupan rohani sekaligus penguasaan
terhadapnya. Setelah proses ini dilampaui, langkah berikutnya adalah
menanamkan unsur-unsur dan konsep pokok keislaman. Sehingga dengan
demikian akan terbentuk ilmu pengetahuan yang benar; ilmu pengetahuan yang
selaras dengan fitrah. Dengan kata lain islamisasi ilmu pengetahuan
sebagai upaya pembebasan ilmu pengetahuan dari pemahaman berasaskan ideologi,
makna serta ungkapan sekuler.
Asumsi
lain gagasansan Islamisasi ilmu pengetahuan ini adalah dimaknai sebagai
upaya pengintegrasian disipilin-disiplin ilmu modern dengan khazanah warisan
Islam.
Langkah pertama dari upaya ini adalah dengan menguasai seluruh disiplin ilmu
modern, memahaminya secara menyeluruh, dan mencapai tingkatan tertinggi yang
ditawarkannya. Setelah prasyarat ini dipenuhi, tahap berikutnya adalah
melakukan eliminasi, mengubah, menginterpretasikan ulang dan mengadaptasikan
komponen-komponennya dengan pandangan dunia Islam dan nilai-nilai yang tercakup
di dalamnya.
Selain itu gagasan islamisasi ilmu
pengatahuan (sains) berangkat dari adanya suatu kesadaran teologis dan etis
untuk mengmbangakan ilmu pengatahuan atas dasar pandangan dunia islam, setelah
disadari paradigma ilmu pengatahuan (sains) modern banyak mendatangkan dampak
negatif terhadap perkembangan peradaban manusia modern, munculnya dampak ini sebagi
konsekuensi dari dasar filsafat keilman yang meliputi aspek metafisika,
epistimologi dan akseologi yang secara eksplisit tidak mempunyai
keterkaitan dengan kepentingan moralitas manusia.
Keringnya nilai-nilai etika dan
moral menjadikan ilmu pengatahuan (sains) modern dalam tataran aksiologinya
seringkali menafikan kemaslahatan manusia dan apa yang sekarang disebut krisis
global, menunjukkan adanya keterpaduan antara nilai-nilai etik dengan ilmu
pengatahuan (sains) yang berkembangan dalam kerangka naturalitas etik (Free
Value). Maka Islamisasi ilmu pengetahuan
menjadi salah satu Usaha untuk memberikan warna religius dalam
dasar-dasar filsafat keilmuan baik yang meliputi permasalahan antologi,
epostimologi, dan aksiologinya.
Dengan demikian ada dua persoalan
yang sebenarnya yang menarik dan penting dari persoalan Islamisasi ilmu
pengetahuan ini, yaitu :
a. Penguasaan terhadap prinsip-prinsip
Islam yang dengannya sarjana Muslim bisa membaca dan menafsirkan konstruk ilmu
pengetahuan modern tersebut dengan cara yang berbeda.
b.
Mengedepankannya keaslian (originality)
yang digali dari tradisi local, Peradaban Islam klasik telah cukup lama
berinteraksi dengan peradaban lain, sehingga umat Islam sudah memiliki
kapasitas untuk mengembangkan bangunan ilmu pengetahuan sendiri. Tanpa bantuan
ilmu pengetahuan barat modern, diyakini dengan merujuk pada khazanahnya sendiri
umat Islam akan mampu menciptakan kebangkitan peradaban.
Selain itu, Islamisasi imu
pengetahuan juga muncul sebagai reaksi terhadap adanya konsep di kotomi antara
agama dan ilmu pengatahuan yang dimasukkan mayarakat barat dan budaya mayarakat
modern. Masyarakat yang di sebut terakhir ini misalnya memandang sifat, metode,
struktur sins dan agama jauh berbeda, kalau tidak mau dikatakan kontradiktif.
Agama mengasumsikan atau melihat suatu persoalan dari segi normative (bagaimana
seharusnya), sedangkan sains meneropongnya dari segi objektif (bagaimana
adanya). Agama melihat problematika dan solisinya melalui petunjuk tuhan,
sedangkan sains melalui esperimen dan rasional manusia, karena ajaran agama di
yakini sebagai petunjuk Tuhan, kebenaran di nilai mutlak, sedangkan kebenaran
sains relative. Agama banyak berbicara yang gaib sedangkan sains hanya
berbicara menganai hal yang empiris.
Dalam prsfektif sejarah, sains dan
teknologi modern yang telah menunjukkan keberhasilannya dewasa ini mulai
berkembangnya di Eropa dalam rangka gerakan Renaisanse pada tiga abad yang
silam. Gerakan ini berhasil menyingkirkan peran agama dan mendobrak dominasi
gereja Roma dalam kehidupan soasial dan itektual masyarakat Eropa sebagai
akibat dari sikap gereja yang memusuhi ilmu pengetahuan. Dengan kata lain ilmu pengetahuan di Eropa dan Barat mengalami
perkembangan setelah memisahkan diri dari pengaruh agama. Setelah itu
berkembangklah pendapat-pendapat yang merendah kan agama dan meninggalkan
sains (ilmu pengatahuan).
Dalam perkembangannya, sains dan
teknologi modern di pisahkan dari agama, karena kemanjuannya yang begitu
besar di Eropa dan Amerika sebagaimana disaksikan sampai sekarang. Sains dan
teknologi yang demikian itu selanjutnya di gunakan untuk mengabdi kepada
kepentingan manusia semata-mata, yaitu untuk tujuan memuaskan hawa nafsu, menguras
isi alam untuk tujuan memuaskan nafsu konsumtif dan materialistic, menjajah dan
menindas bangsa-bangsa yang lemah, melanggengkan kekuasaan dan tujuan-tujuan
destruktif lainnya. Penyimpangan dari tujuan penggunaan ilmu pengetahuan dan
demikian itu yang di respon melalui konsep Islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu
upaya menempatkan sains dan teknologi dalam bingkai Islam, dengan tujuan agar
perumusan dan pemanfaatan sains dan teknologi itu ditujukan untuk mempertinggi
harkat dan martabat manusia, melaksanakan fungsi kekhalifaannya di muka bumi
serta tujuan-tujuan luhur lainnya.
Islamisai sesunggunya berarti
keselamatan arah, keselamatan tujuan dan keselamatan filsafat yang dituju oleh
penelitaian-penelitian ilmu-ilmu tersebut perhatian-perhatian, aplikasi-aplikasi
dan inovasi-inovasinya, sehingga ilmu yang islami menjadi ilmu perbaikan,
pembangunan, ketauhidan dan keakhlakan yang mendapat petunjuk. Dengan demikian
Islamisasi ilmu pengetahuan menjadikan ilmu pengatahuan sebagai pelayana
kemanusiaan, penjaga terhadap alam dan dunia mahluk dan untuk memperbaiki
hal-hal yang rusak oleh kebutuhan rohani, kehancuran materi dan kepicikan
metode yang dialami oleh peradabab-peradaban materi dalam segala bentuknya di
timur dan di barat.
Tetapi sejauh mana gagasan ini dapat
di jalankan, dan betul-betul dapat memberikan solusi terhadap krisis masyarakat
modern. Sejarahlah yang akan menjawabnya dan kesuksesan dan kegagalan
pengembangan islamisasi ilmu tergantung pada posisi manusia itu sendiri (subjek
ilmu dan teknologi).
B. Pro-Kontra tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Seperti dalam berbagai pergolakan
keilmuan selalu ada penerimaan dan penolakan (pro-kontra) dan hal itu pun
terjadi dalam gagasan islamisasi ilmu pengatahuan, banyak alasan yang
dipaparkan oleh mereka yang kontra, begitu juga bagi yang pro berbagai alasan
di ketengahkannya untuk mendukung hal pembenaran atas konsep mereka. Adapun
alasan dari masing-masing tersebut sebagai berikut :
Alasan yang Kontra :
Tokoh pemikir islam yang menolak
gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan salah satunya adalah Dr. Muhammad Arkoun, Guru besar Universitas Sorban Prancis,
mengatakan bahwa keinginan dari para cendikiawan muslim untuk melakukan
islamisasi ilmu dan teknologi merupakan kesalahan, sebab hal ini dapat menjebak
kita pada pendekatan yang menggap bahwa islam hanya semata-mata sebagai
ideology. Yang tidak bisa berbuat apa-apa selain
menciplak karya orang. Sedangkan di Indonesia salah satu tokoh yang tidak
sejalan dengan gagasan ini yaitu Usep
Fathuddin, yang mengatakan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan tidak perlu,
karena dengan islamisasi bukanlah kerja ilmiah dan kreatif, karena yang
dibutuhkan sekarang islam adalah terlebih-lebih lagi bagai para cendikiawannya
adalah menguasai dan mengembangkan ilmu. Islamisasi ilmu pengetahuan hanyalah
kerja kreatif atas karya orang lain saja, sampai tingkat tertentu, dan hal itu
tak ubahnya sebagai pekerja jalanan di pinggir jalan, manakalah orang ilmuan
berhasil menciptakan atau mengmbangkan ilmu, maka orang islam (sebagian) akan
mencoba menangkap dan berusaha mengislamkannya.
Islamisasi ilmu pengetahuan tidak
ubahnya seperti pembuat lebel, seperti membuat kaligrafi pada suatu
bangunan, supaya dikatakan bangunan islamai, lebih lanjut dijelaskan bahwa
semangat Islamisasi ilmu pengetahuan itu di dasari satu anggapan tentang
keilmuan dan islam, klaim yang paling sering kita dengan ialah adanya dua
kebenaran di dunia ini, kebenaran ilmu dan kebenaran agama. Ilmu dikatakan sebagai relative, spekulatif
dan tak pasti, semantara agama dianggap absolute, transcendental dan pasti.
Tapi kalau kita lihat sejarah, ternyata islam tidak menganal permasalahan
antara “keagamaan” dan “ilmu”. Bahkan sebaliknya, sering dianggap
puncaknya sejarah dan perdaban islam, justru terjadi ketika menyatukan
keagamaan dan ilmu itu.
Alasan yang Pro :
Ilmuwan yang mendukung gagasan
Islamisasi ilmu pengetahuan ini salah satunya adalah Mulyanto dengan argumennya bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan sering
dipandang sebagai proses penerapan etika
islam dalam memanfaatkan ilmu pengatahuan kriteria pemilihan suatu jenis
ilmu pengatahuan yang akan dikembangkannya. Dengan kata lain, ilmu hanya
berlaku sebagai kriteria etis di luar struktur ilmu pengetahuan. Asumsi dasarnya adalah bahwa ilmu
pengatahan adalah bebas nilai, konsekuensi logisnya mereka menggap mustahil
munculnya ilmu pengetahuan islami, sebagaimana mustahilnya pemunculan ilmu
pengatahuan Marxisme. Dan islam berserta ideology lainnya, hanya mampu
memasuki subjek ilmu pengatahuan dan tidak pada ilmu itu sendiri. Islam hanya
berlaku sebelum dan sesudah ilmu pengatahuan beraksi, lalu menyerahkan
kedaulatan mutlak pada metodelogi ilmu bersangkutan. Lebih lanjut ditegaskan
bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan, tak lain dari proses yang hakiki, yakni
tauhid, kesatuan makna kebenaran dan kesatuan ilmu pengatahuan.
Senada dengan hal tersebut diatas Haidar Bagir menjelaskan bahwa
Islamisasi ilmu pengetahuan secara implicit adalah penting, misalnya tentang
perlunya di bentuk sains yang islami, hal ini didukung dengan dua argumentasi
yang sangat mendasar yaitu : pertama, Islam butuh sebuah system sains
yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan material dan spiritual, system sains yang ada
tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, ini disebabkan sains modern
mengandung nilai-nilai khas Barat yang melakat padanya, nilai ini banyak
bertentangan dengan nlai-nilai islam selain itu telah terbukti menimbulkan
ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. Kedua, ummat
islam pernah memiliki peradaban islami di mana sains berkembang sesuai dengan
nilai dan kebutuhan-kebutuhan umat islam. jadi sebetulnya, jika syarat-syarat
untuk itu mampu di penuh, kita punya alasan untuk tetap menciptakan kembali
sebuah sains islam dalam peradaban islam pula.
Ilmu pengatahuan perlu dibangun
dengan dasar ajaran islam yaitu Al-Qur'an , yaitu ilmu yang didasarkan atas
ajaran tauhid, yang melihat bahwa antara ilmu pengatahuan modern dengan ajaran
islam harus bergandengtangan. Ilmu pengetahuan adalah hasil teorisasi terhadap
gejala-gejala alam dengan menggunakan metode dan pendekatan ilmiah.
Islam sebagai agama yang mendukung
tentang ilmu tidak menghendaki pola fikir yang sempit dan fanatik karena semua
itu hanya akan mengantarkan pada kekendoran dan kelemahan manusia dan
menajdikannya terisolir dari dunia kehidupam yang sangat komleks, dan yang
lebih tegasnya lagi bahwa islam tidak mau ummatnya berfikir dan bertindak dari
hal-hal yang siafatnya tardisional saja tetapi islam membawa manusia supaya
maju, dinamis, dan peka terhadap perkambangan zaman, mampu memahami
kehidpan lingkungannya dan masyarakatnya.
Sebenaranya bagai mereka yang
menolak gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan hanya terkesan ada sedikit rasa
gensi mengambil ilmu pengatahuan dari barat kemudian mengislamkannya, bagi
mereka bahwa islam perlu memiliki pengatahuan yang islami sebagai mana dalam
sjarah islam. namun caranya bukan dengan mengambil ilmu dari barat dan
mengislamkannya, melainkan langsung saja membntuk dan mengembangakan ilmu
pengatahuan yang didasarkan pada ciri dan sifat ajaran islam. semantar itu bagi
meraka yang setuju dengan gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan ini, bukan berari
tidak setuju dengan membentuk ilmu pengatahuan dengan corak islam dengan
mandiri melainkan bersamaan dengan itu dipandang tidak ada salahnya bila kita
mengambil ilmu pengatahuan dari barat lalu mengislamkannya sebagaiman misalnya
barat juga pernah mengambil ilmu pengatahuan dari islam di zaman klasik lalu
mensesuaikannya dalam ajaranya.
C. Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Untuk menjadikan suatu foramat
pendidikan yang nantinya memuat nilai-nilai islam maka salah satunya yang
dilakukan adalah mengislamisasikan ilmu pengetahuan dan hal dapat dilakukan
dengan berbagai pendekatan yang sangat mendasar, diantaranya :
a. Menjadikan islam sebagai landasan
penggunaan ilmu pengetahuan
Islamisasi ilmu pengetahuan dapat di
lakukan dengan cara menjadilan Islamisasi ilmu pengetahuanam sebagai
landasan penggunaan Ilmu pengetahuan, tanpa mempersalahkan aspek antologis dan
epistemology ilmu pengetahuan tersebut. Dengan kata lain ilmu dan teknologinya
tidak di permasalahkan, yang dipermasalahkannya adalah orang yang
mempergunakannya. Cara ini melihat bahwa islamisasi ilmu pengetahuan hanya
penerapan etika islam dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
kreteria pemilihan suatu jinis ilmu pengetahuan yang akan di kembangkannya.
Dengan kata lain, islam hanya berlaku sebagai kreteria etis di luar struktur
ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan yang demikian itu didasarkan pada
asumsi bahwa ilmu pengetahuan adalah bebas nilai. Konsekuensi logisnya mereka
menganggap mustahil muncul ilmu pengetahuan islami, sebagaiman mustahilnya
kemunculan ilmu pengatahuan Marxistis.
Islamisasi imu pengetahuan dengan
cara ini memandang bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arti produknya
adalah netral, pesawat terbang yang digunakan oleh jamaah haji sama dengan
pesawat yang digunakan oleh para pedagan obat-obat terlarang atau digunakan
oleh orang-orang yang yang bertentangan dengan ajaran agama islam. demikian
pula alat suntik yang digunakan oleh dokter muslim dengan alat suntik yang
digunakan oleh dokter kafir juga sama, alat suntuk yang sama menimbulkan bahaya
apabila penggunaanya salah, dengan mempermasalahkan apakah muslim atau kafir.
Doketer musli yang kurang ahli dapat mencelakakan pasiennya, sebaliknya dokter
yang kafir dapat menyelamatkan pasiennya karena dengan teliti dan keahliannya,
jadi keselamatan pasien bukanlah terletak pada di katakanya kafir atau muslim
melainkan pada keahlian dan ketelitain seorang doketer, begitu juga contoh lain
yang semisal dengan ini.
Pengaruh keagamaan seseorang yang
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi jelas amat dibutuhkan jika dipadukan
dengan keahlian dan ketelitian masing-masing. Yang baik adalah jika ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut berada di tangan seseorang muslim yang
mengamalkan agamanya serta dalam bekerjanya didukung dengan keahlian dan
kecermatan yang tinggi. Seorang Dokter muslim yang baik misalnya, ia akan
melihat bahwa tugasnya itu adalah sebagai amanah, yakni perintah Tuhan untuk
mengatasi penderitaan orang lain, dengan pemikiran demikian, maka ia tidak akan
mempergunakan jabatannya untuk tujuan yang tidak benar yang dapat merugikan
oenag lain.
Dengan pendekatan islamisasi yang
bersifat substansila ini, maka tugas utama islamisasi ilmu pengetahuan bertumpu
pada dua hal. Pertama, pada manusia yang akan mempergunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut, yaitu manusia yang memiliki komitmen yang
tinggi untuk mengamalkan agamanya dengan teguh dan istiqomah, serta menguasai
bidang pekerjaannya yang didukung dengan keahlian dan pengalaman. Kedua,
pada ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri, apakah dalam keadaan berfungsi
dengan baik atau tidak. Jika ilmu pengatahuan dan teknologi dalam keadaan baik,
maka pengaruh kerjanya dapat dengan mudah diidentifikasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang baik itulah yang netral dan tidak dapat disalahkan, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dalam keadaan baik itu tak ada yang salah, yang
salah adalah penggunanya. Masalahnya yang sekarang adalah dunia modern dan
berkembang melalui ilmu pengatahuan telah dukuasai oleh orang-orang yang tidak
islami. Manusia yang hidup di duni modern ini telah salah dalam menggunakan
ilmu pengetahuan.
b. Memasukkan Nilai-nilai Islam
dalam Konsep Ilmu Pengetahuan
Islamisasi ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat dilakukan dengan cara memasukkan nilai-nilai islami kedalam
konsep ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Asumsi dasarnya adalah ilmu
pengetahuan tersebut tidak netral, melainkan penuh dengan muatan-muatan nilai
yang dimasukkan oleh orang-orang yang merangcangnya. Dengan demikian Islamisasi
imu pengetahuan dan teknologi harus di lakukan terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi itu sendiri.
c. Penerapannya dimulai dengan
Mengkaji dengan Pendekatan Antologi dan Epistemology
Islamisasi ilmu pengetahuan dan
teknologi di lakukan melalui penerapan konsep tauhid dalam arti seluas-luasnya.
Tauhid bukan hanya difahami secara teo-centris, yaitu mempercayai dan meyakini
adanya tuhan dengan segala sifat kesempurnaan yang dimilikinya serta jauh dari
sifat-sifat yang tidak sempurna, melaikan tauhid yang melihat bahwa antara
manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, dan manusia dengan segenap
ciptaan tuhan lainnya adalah merupakan suatu kesatuan yang saling membutuhkan
dan saling mempengaruhi, dan semuanya itu merupakan wujud kekuasaan dan
kebesaran Tuhan.
Dengan antologi dapat dijelaskan
bahwa sumber-sumber pengembangan ilmu berupa ayat-ayat tuhan yang
tertulis (Al-Qur'an ) dan ayat-ayat tuhan yang tidak tertulis sebagaimana
terdapat dijagat raya (ayat kauniyah) dan ayat-ayat tuhan yang terdapat pada
manusia dan prilaku sosial, semuanya itu adalah ayat-ayat tuhan. Oleh karena
itu ilmu pengatahuan, baik ilmu agama Islam yang dihasilakan melalui kajian
terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, ilmu-ilmu alam (sains) yang dihasilkan melalui kajian
terhadap jagat raya, dan ilmu-ilmu sosial yang dihasilakan melalui kajian
terhadap fenomena sosial. Namun pada hekekatnya berasal dari Allah SWT, karena
semua ilmu tersebut sebagi hasil dari pengkajian terhadap ayat-ayat Allah SWT.
Dengan epistemology dapat dijelaskan
bahwa sebuah ilmu pengetahuan tersebut disusun, ilmu agama islam yang bertumpu
pada kajian ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur'an menggunakan metode kajian
ijtihadiyah dengan syarat dalangkah-langkah yang telah teruji dalam sejarah,
melalui metode ijtihadiyah ini maka di hasilkan berbagai ilmu-ilmu agama islam
seperti teologi, hukum islam, tafsir, filsafat, pendidikan dan sebagainya
dengan berbagai mashab dan aliran yang ada didalamnya.
Karena ilmu-ilmu tersebut
menggunakan ayat-ayat Allah, maka seluruh ilmu tersebut pada hakekatnya dari
Allah, oleh karenanya, ia harus di abdikan untuk ibadah kepada Allah melalui
pengabdian terhadap kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.
Dengan denkina maka jelas bagi kita
semua bahwa segala sesuatu yang kita capai di dunia itu bukanlah hasil dari
kita sendiri akan tetapi kita harus sadar bahwa di situ ada keikutsertaan Allah
kepada kita atau dengan kata lain Allah hanya menggunakan jasa kita sebagai
perantara, ilmu kedokteran dikembangakan misalnya bukan ilmu kedokteran yang
arogan yang melihat kesembuhan pasien sebagai disebabkan oleh satu-satunya
banttuan medis, melaikan kesembuhan itu juga berkat anugrah tuhan.
d. Pemberian Pendidikan secara
Berjenjang dan Berkesinambungan Sejak Kecil
Islamisasi imu pengetahuan, juga
dapat diberikan melalui inisiatif pribadi melalui proses pendidikan yang
diberikan secara berjenjang dan berkesinambungan, dalam prakteknya tidak ada
ilmu agama dan ilmu umum yang disatukan, atau ilmu umum yang dilamkan lalu
diajarkan kepada seseorang. Yang terjadi sejak kecil kedalam diri seseorang
sudah diatanamkan jiwa agama yang kuat, praktek pengalaman tradisi keagamaan
dan sebagainya. Setelah itu kepadanya diajarkan dasar-dasar ilmu agama
yang kuat, diajarkan Al-Qur'an baik dari segi membaca maupun pemahaman isinya.
Selain itu juga diajarkan pula hubungan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya
secara umum. Selanjutnya ia mempelajari beberapa bidang ilmu dan keahlian
sesuai denggan bidang yang di minatinya.
Dengan demikian akan melahirkan manusia
yang ahli dalam bidang ekonomi, industri, pertanian dan sebagainya, namun dalam
waktu yang bersamaan ia dengan kemampuannya sendiri mampu menghubungkan jiwa
dan dasar-dsar keagaman yang dimilikinya itu untuk mengarahkan keahlian
yang di milikinya, ia boleh saja menjadi dokter misalnya tapi dokter yang
islami dan sebagainya.
Hal ini dapat dilakukan dengan
memetakan anak didik di dalam memasuki lembaga pendidikannya, tanpa harus
mengubah bentuk sekolah atau kurikulum atau lainnya, pendekatan ini pun sukup
efektif dan efesien.
D. Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan Perspektif Islam
Terjadi pemisahan agama dari
perkembagan ilmu dan pengatahuan, sebagaimana tersebut di atas terjadi pada
abad pertengahan, yaitu pada saat ummat islam kurang memperdulikan
(meninggalakan ilmu pengetahuan). Pada masa itu yang berpengaruh di masyarakat
islam adalah ulama terakat dan ulama fiqh. Keduanya memahamkan faham taklid dan
membatasi kajian agama hanya dalam bidang yang sampai sekarang masih dikenal
sebagai ilmu-ilmu agama, seperti tafsir, fiqh, dan tahud. Ilmu-ilmu tersebut
mempunyai pendekatan normative dan terikat. Terekat hanya hanyut dalam wirid
dan zikir dalam rangkan mensucikan jiwa dan mendekatkan pada Tuhan dengan
mejauhi kehidupan duniawi, sedangkan ulama tidak tertarik mempelajari akan dan
kehiduapan manusia secara objektif. Hal ini mengalami perubahan pada abad 19,
yaitu sejak ide-ide pembaharuan diterima dan didukung sebagain ummat, di dunia
islam dilaksanakan dua system pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan
umum yang saling menjadikan dan saling melengkapi.
Terjadinya pemisahan antara ilmu dan
agama memunculakan ide-ide pembaharuan dari kalangan islam, yang hendak
memperjelas kembali konsep ilmu itu sebenarnya seperti apa, apakah memang ilmu
pemgetahuan itu bertolak belaka dengan konsep ajaran agama khususnya ajaran
agama islam. para pemikir islam seperti Muhammad Naqib al attas, Ismail Raji al
Faruqi dan sayyed hossein Nasr, mencoba memunculakan ide pembaharuan, dengan tujuan
agar ilmu pengetahuan dapat membawa manusia dalam kesejahteraan bukan
kesensaraan seperi saat ini, maka pengembangan ilmu pengetahuan perlu
dikembalikan kepada kerangka dan perspektif ajaran agama islam, maka caranya
islamisasi ilmu pengetahuan. Karena ternyata konsep pengambangan ilmu
pengatahuan dan gagasan yang paling canggih dan sangat komprehensif serta
medalam yang ditemukan dalam Al-Qur'an kitab landasan islam ialah konsep Ilm,
pentingnya konsep ilmu ini terungkap dalam kenyataan turunannya sekitar 800
kali. Dalam sejarah peradaban muslim, konsep ilmu secara mendalam meresap ke
dalam seluruh lapisan masyarakat dan mengungkapkan dirinya dalam semua
upaya intelektual. Tidak ada peradaban lain dalam sejarah yang meiliki konsep
ilmu pengatahuan dengan semangat yang demikian tinggi seperti itu.
Dengan demikian islam sebagai agama
rahmatan lil alamin tidak menolak adanya pengambangan ilmu pengatahuan yang
sifatnya modern justru mendukung hal tersebut, karena ilmu pengatahuan adalah
konsep islam yang sumbernya dari yang satu, yaitu bersumber pada tuhan yang
maha esa, islam membuka diri terhadap seluruh warisan peradaban islam karena
islam adalah paradigma terbuka. Dengan demikian ilmu yang bernuansa islam
dapat di bangun dalam segala bidang yang berdasarkan dari ajaran islam tidak
perlu takut dan khawatir terhadap dimensi sains baru dan globalisasi yang
terjadi di berbagai segi manapun.
Konsep ajaran islam tentang
pengambangan ilmu pengatahuan di dasarkan beberapa perinsip sebagai berikut :
- Ilmu
pengetahuan dalam islam di kembangkan dalam kerangka tauhid atau teologi.
Yaitu teologi yang bukan semata-mata meyakini adanya Tuhan dalam
hati, mengucapkannyanya dengan lisan dan mengamalkannya dengan tingkah
laku, melainkan teologi yang menyangkut aktivitas mental berupa kesadaran
manusia yang paling dalam prihal hubungan manusia dengan tuhan, lingkungan
dan sesamanya. Lebih tegasnya adalah teologi yang memunculkan kesadaran,
yaitu paling mendasar dalam diri manusia yang menformat pandangan
dunianya, yang kemudian menurunkan pola sikap dan tindakan yang selars
dengan pandangan dunia tu, karena ini, teologi pada ujungnya akan
mempunyai implikasi yang sangat sosiologis, sekaligus antropologis.
Dengan pandangan teologi yang demikian itu, maka alam raya,
manusia, masyarakat dan Tuhan merupakan kesatuan yang saling berhubungan, alam
raya terikat oleh hukum-hukum alam yang dalam pandangan islam adalah
sunatullah, aturan Tuhan dan ayat Allah, alam raya ini selanjutnya menjadi
objek kajian dalam pengambangan ilmu pengatahuan.
- Ilmu
pengatahuan dalam islam hendaknya di kembangakan dalam rangka bertaqwa dan
beribadah kepada tuhan. Hal ini penting di tegaskan, karena dorongan
Al-Qur'an untuk mempelajari fenomena alam dan sosial tampak kurang
diperhatikan, sebagai akibat dan perhatian dakwah islam yang semula lebih
dituju untuk memperoleh keselamatan di akhirat, hal ini mesti di imbangai
dengan perintah mengabdi kepada Allah SWT dalam arti yang luas, termasuk
mengambangakan ilmu pengatahuan. Menyesuaikan motivasi pengambangan ilmiah
dengan ajaran islam selain akan meningkatkan kuantitas juga kualitas
ilmiah, karena motivasi utama tidak untuk mendapatkan popularitas dan
imbalan materi atau sekedar ilmu untuk ilmu malainkan mengembangakan ilmu
yang didorong oleh keihlasan dan rasa tanggung jawab kepada Allah SWT.
- Orintasi
pengembangan ilmu pengatahuan harus di mulai dengan suatu pemahaman yang
segera dan kritis atas epistimologi islam klasik dan suatu rumusan
kontemporer tentang konsep ilmu. Perubahan harus ditafsirka dalam rangka struktur
fisik luarnya, dan infrastruktur dari gagasan epistimologi islam yang
abadi harus dipulihkan dalam keseluruhannya, dalam kaitan ini, maka
pengambangan ilmu dalam bentuk lahiriyah, jangan sampai menghilangkan
makna spritualitas yang abadi, yakni sebagai alat untuk menyaksikan
kebesaran Tuhan. Roger Garaudi mengatakan bahwa setiap ilmu di
samping memilki makana yang dapat di cerana oleh akal tetapi juga harus
memiliki makna yang dapat dirasakan.
- Ilmu
pengatahuan harus di kembangkan oleh orang-orang islam yang memiliki
keseimbangan antara kecerdasan akal dengan kecerdasan emosional yang
dibarengi dengan kesungguhan untuk beribadah kepada Allah SWT dalam arti
yang seluas-luasnya.
- Ilmu
pengatahuan harus di kembangkan dalam kerangka yang integral. Yakni harus
antara ilmu agama dan ilmu umum walaupun bentuk formalnya berbeda-beda,
namun hakekatnya sama, yakni sama-sama sebagai tanda kekuasaan Allah SWT.
Dengan pandangan yang demikian itu, maka tidak ada lagi perasaan yang
merasa lebih unggul antara satu dan lainnya. Hal ini sesui dengan konsep
Al-Qur'an tentang ilmu pengatahuan yang mana tidak membenda-bedakan antara
ilmu pengatahuan agama dengan umum, kedua jenis pengatahuan tersebut
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, karena semua ilmu
adalah merupakan manifestasi dari ilmu pengatahuan yang satu, yaitu ilmu
pengatahuan Allah. Firman Allah SWT yang
menunjukkan bahwa semua ilmu pengatahuan berasl dari Allah ialah :
Surah Ar-rahman 1-5 :
(Tuhan) yang maha pemurah,
Yang telah megajarkan Al-Qur'an, Dia menciptakan manusia, mengajarinya pandai
berbicara.
(Q.S. Ar-rahman: 1-5)
Surah Al-Baqarah : 31
yang artinya :
Dan dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lal
berfirman “ sebutkalah kepadaku nama benda0benda itu jika kamu memang
orang-orang yang benar”.(Q.S.
Al-Baqarah :31)
Maka dapatlah di ketahui bersama
bahwah Ilmu adalah sumbernya hanyalah satu yaitu Tuhan, dengan demikian
maka tidak adalah pembeda dari keduanya, semuanya saling berkaitan, hanya saja
ilmu agama mengurusi dan berkaitan dengan pembinaan mental, moral dan ketahanan
batin, sedangkan ilmu-ilmu umum berkaitan dengan pembinaan fisik, intelektual
dan keterampilan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa Islamisasi
ilmu pengetahuan pada hakekatnya adalah suatu upaya untuk mentransformasikan
nilai-nilai keislaman ke dalam berbagai bidang kehidupan manusia,
khususnya ilmu pengetahuan. Dengan Islamisasi ilmu pengetahuan dapat diketahui
dengan jelas, bahwa Islam bukan hanya mengatur segi-segi ritualitas dalam artian
solah, zakat, puasa dan haji melainkan sebuah ajaran yang mengintegrasikan
segi-segi kehidupan duniawi termasuk ilmu pengatahuan dan teknologi.
Ditengah-tengah masyarakat yang masih dilanda krisis dalam berbagai bidang
kehidupan seperti ini, islamisasi ilmu pengetahuan menajadi solusi alternative
dan relevan dengan persolan ini.
Dengan penerapan islamisai ilmu pengatahuan tersebut, maka akan dapat diperoleh
keuntungan yang berguna untuk mengatsi problem kehidupan masyarakat modern.
Ilmu pengetahuan tersebut akan terus berkembang dinamis sesuai dengan tuntutan
zaman, Karen hanya ajaran islamlah ajaran yang paling mementingkan pengambangan
ilmu pengatahuan. Masyarakat modern akan mendapat kesempatan kejayaan dan
kesejahteraan yang seimbang, antar kesejahteraan yang bersifat metrial dengan
kesejahteraan yang bersifat spiritual. Masyarakat modern akan merasakan tumbuh
menjadi suatu kekuatan yang antar satu dan lainya saling membantu melalui ilmu
pengatahun yang dimilikinya, hal ini terjadi karena ilmu yang didapatkannya
diarahkan kepada pengabdian kepada kemanusiaan. Dengan Islamisasi ilmu
pengatahuan juga akan berdampak pada timbulnya konsep pendidikan yang
integrated antara ilmu agama dengan ilmu umum, dengan cara demikian dikhotomi
kedua ilmu tersebut akan hilang dengan sendirinya. Untuk itu mampukan kita
meraih cita –cita tersebut dunai pendidikanlah yang akan menjawabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
M. Ytimin. Drs. MA, 2006, Study Islam Kontemporer, Jakarta: AMZA
Agus, Bustanuddin, 1999, Pengembangan
Ilmu-ilmu sosial Studi Banding antara Pandangan Ilmiah dan Ajaran dan Ajaran
Islam, Jakarta: Gema Insani
Arifin, Muzayyin. Prof. H. M.E.d,
2003, Kapita Slekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Arifin, Syamsul, dkk, 1996, Spritual
Islam dan Peradaban Masa Depan, Yogyaklarta: SIPRESS
Baiquni,
A, 1986, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, Bandung: MIZAN
Daradjat, Zakiah, 1979, Peranan
Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung
Departemen
Agama RI, 2000, Al-Qur'an dan Terjemahan, Bandung: Diponogoro
Garaudi,
Roger, 1983, Janji-Janji Islam, Jakarta: Bulan Bintang
Hasbullah, Moeflich, 2000, Gagasan
dan Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengatahuan, Jakarta: Pustaka Cidesindo
Nata, Abudin .Prof. Dr. H M.A, 2004,
Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
……….…, 2003, Manajemen Pendidikan
Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana
Sardar,
Ziauddin, 1987, Masa depan Islam, Bandung: Pustaka salman
Sulayman, Abdul Hamid Abu. DR,
1994, Kerisis Pemikiran Islam, Jakarta: Media Da’wah
Sudarsono, Drs. S.H, 1990, Ilmu
dan Teknologi dalam Islam, Jakarta: Rineka Cipta
Usa, Muslih, 1991, Pendidikan
Islam di Indonesia, Yogyakarta: Tiara wacana Yogya
4.Syamsul Arifin, dkk, Spritual Islam dan Peradaban Masa
Depan, (cet. I,Yogyaklarta: SIPRESS, 1996), h. 77
5.Bustanuddin Agus, Pengembangan Ilmu-ilmu sosial Studi
Banding antara Pandangan Ilmiah dan Ajaran dan Ajaran Islam, (Jakarta: Gema
Insani, 1999), h. 12
8.Moeflich Hasbullah, Gagasan dan Perdebatan Islamisasi
Ilmu Pengatahuan, (Jakarta: Pustaka Cidesindo, 2000), h. 51
13.Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A, Metodologi Studi Islam,
(cet. IX, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 419-420
15.Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A, Manajemen Pendidikan
Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2003), h. 99
Prof. H. Muzayyin Arifin, M.E.d, Kapita Slekta Pendidikan
Islam, (Jakarta :Bumi Aksara, 2003), h. 19
Komentar
Posting Komentar